GAPOERA BAMBOE
Suatu hari menjelang acara 17-an, Pak RT desa Tambra tiba-tiba mengumumkan keikutsertaan RT-nya dalam lomba menghias gapoera. Karena waktune udah mepet, Pak RT mengumpulkan warga yang ada saje pada waktu itu, termasuk si Prasetyo, Mahasiswa Teknik Sipil yang sedang ngekost di desa Tambra. Setelah mengumpulkan ide-ide, akhirnya mereka sepakat untoek membuat gapura yang bagus tapi dengan bahan seadanya. Kebetulan di depan jalan sudah ade dua tiang beton berdiri, cuma tidak terawat dan palangnya (baloknya) sudah lama patah kena runtuhan pohon waktu hujan deras beberapa bulan lalu.
Intine, warga ingin memanfaatkan tiang beton tersebut, tinggal memasang palang baru yang menarik, sedikit polesan cat dan gapura itu akan kelihatan cantik serta menarik. Oleh karena itu, pak RT merelakan patung kecil burung Garudanya untuk disumbangkan sebagai hiasan di gapura tersebut. Masalahnya, walaupun kecil, ternyata patung itu lumayan juga beratnya, hampir (P) = 55 kg!
Warga mulai resah,”harus pake palang beton nih kalo mau kuat,”ujar Bang Onggo.
“Ah susah Bang. Kudu ngecor lagi, bikin kali-kali gi, (stagger atau propping, teamporary support.red), nunggu kering gi.....lama,Bang,”timpal Haji Anggoro.
Adapula yang mengusulkam pake batang saja, tapi sayangnya agak susah diperoleh dan kalo mau beli juga cukup mahal, sementara pak RT enggan memberatkan warga yang memang sudah berat-berat beban hidupnya.
“Pake bamboe aje, Pak,” kata Pak Sireng.”Di belakang rumah saya banyak bambu yang nggak ke pake, tapi ....kayaknya udah banyak yang dipotong-potong. Kalo mau kita ke rumah saya aja sekarang, Pak.”
Pak RT mengangguk walaupun agak ragu. :Ayo, kita lihat saja dulu,”ajak pak RT yang kemudian diikuti oleh langkah mereka, termasuk si Prasetyo, menuju rumah Pak Sireng yang hanya berjarak sekitar 70 m dari tempat mereka berkumpul.
“Waah,...bambu apusnya kecil-kecil pak,” kata Bang Onggo begitu melihat tumpukan bamboe di halaman belakang rumah Pak Sireng. “Pendek-pendek lagi lebar gang kita kayaknya nggak cukup, pak. Kira-kira 5 – 6 meteran kan pak lebare?”
Pak RT dan yang lain mengiyakan. Disitu memang banyak tumpukan baru, tapi ukurannya kecil-kecil dan hanya ada 4 – 5 batang bamboe yang panjangnya cukup untuk dibentangkan dari satu tiang gapura yang sudah ada ke tiang gapura yang laen menurut Bang Onggo jaraknya sekitar 6 m.
Di tengah, kebingungan bapak-bapak tersebut, Prasetyo maju mengamati.beberapa batang bamboe. Dia mengais-ngais tumpukan bamboe tersebut.
Mata mengisyaratkan sesuatu yang sedang bekerja di otake. Sesuatu yang bersinar seperti bola pijar temuan paman Edison. Tanganne meraih sebuah potongan dahan kayu yang kecil. Kayu itu dia gunakan oentuk menorehkan sesuatu di tanah. Sesuatu yang nampak seperti coretan angka-angka yang mungkin tidak ade satupun dari bapak-bapak yang ada disitu yang isa memahaminya.
Dia menulis sesuatu yang kira-kira seperti ini :
P = 55 kg = o.55 kN
m = 0.5 ((0.55 kN x 6 m)/(4)) = 0.412 kNm
htruss = 60 cm = 0.6 m
T = C = (0.412/0.6) = 0.687 kN
Tegangan ijin = 10 kg/cm2 = (10 x 0.01)/(0.0001) = 1000 kN/m2
Aperlu = (0.687/1000) = 6.87 cm2
Dbamboe = 5 cm
tbamboe = 0.6 cm
Abambu = (3.14/4 ((5^2)-(5-(2 x 0.6)^2)))= 8.29 cm2 >= 6.87 cm2.
“Bisa,pak!” Ujar Prasetyo beberapa saat kemudian. Bapak-bapak serentak menoleh kea rah Prasetyo yang masih berdiri di depan ‘Karya Tulis’-nya.
“Kita bikin double-truss!”, ujar Prasetyo. Bapak-bapak cuma isa melongo meliat ulah Prasetyo. Bang Onggo malah nyeletuk,”Dobel Teras?? Mau bikin bungalo ataoe gapoera???? Gapura kok pake teras???”
“Bambu-bamboe ini ukurannya nanggung,” sahut Prasetyo mengacuhkan ucapan bang Onggo. “Ada yang besar tapi pendek dan ada yang panjang tapi ukurannya kecil. Saya tadi coba cari bamboe yang ukurannya mencapai (p) = 6 meter dan memang ada 4 – 5 batang seperti kata bang Onggo. Bamboe-bambu itu paling kecil diameternya (D) = 5 cm dan tebalnya sekitar (t) = 0.6 cm,”kata Prasetyo kemudian. “Kita akan buat rangka bamboe. Mirip jembatan gitoe lho pak.” Prasetyo kemudian menggambarkan sesuatu di tanah.
“Dengan konfigurasi seperti ini, saya tadi sempet hitung-hitung secara kasar dan bamboe-bambu (D) = 5 cm itu masih kuat untuk menopang (P) = 55 kg patung ganda milik pak RT.” Prasetyo menjelaskan dengan mantap.
Sinaran lampu ide dari Prasetyo perlahan-lahan mulai menerangi raoet wajah bapak-bapak yang spertinya masih berusaha sekuat tenaga untuk memahami apa yang baru aja diucapkan oleh Prasetyo.
“Oke.....oke...kita coba pake usulan nak Prasetyo,”kata pak RT memecah konsentrasi bapak-bapak yang loadingnya masih in-progress. Rupanya pak RT memilih langsung setuju daripade ikutan adu loading tercepat dengan bapak-bapak yang lain.
Akhirnya setelah melalui 2 hari tahap konstruksi gapoera double truss ala Prasetyo berdiri dengan kokohnya di depan gerbang gang RT mereka.
Epilog : Seseorang pengunjung tertegun mengamati gapoera tersebut. Dia bertanya kepada pak RT tentang struktur gapoera itu. Pak RT-pun menjelaskan ala copy-paste dari yang pernah diutarakan oleh Prasetyo. Si pengunjung kagum dengan wawasan dan ilmu yang dimiliki oleh pak RT. Tiba-tiba si pengunjung bertanya,”kalo member diagonale itu bagaimane ngeceknya pak???? Dan control lendutannya bagaimane??????”
Pak RT,”........?!?........terbengoooongg......???”
Daftar Pustaka
Ir. H. Sumirin, 2011, Buku Pedoman Mata Kuliah Teknolgi Bahan dan Contoh Artilel Teknologi Bahan, Magister Teknik Sipil Unissula Semarang
Penulis
Nama : Sulistyaningsih
NIM : MTS.17.11.1.0376
Tidak ada komentar:
Posting Komentar