Kamis, 14 Juli 2011

GAPOERA BAMBOE

Suatu hari menjelang acara 17-an, Pak RT desa Tambra tiba-tiba mengumumkan keikutsertaan RT-nya dalam lomba menghias gapoera. Karena waktune udah mepet, Pak RT mengumpulkan warga yang ada saje pada waktu itu, termasuk si Prasetyo, Mahasiswa Teknik Sipil yang sedang ngekost di desa Tambra. Setelah mengumpulkan ide-ide, akhirnya mereka sepakat untoek membuat gapura yang bagus tapi dengan bahan seadanya. Kebetulan di depan jalan sudah ade dua tiang beton berdiri, cuma tidak terawat dan palangnya (baloknya) sudah lama patah kena runtuhan pohon waktu hujan deras beberapa bulan lalu.

Intine, warga ingin memanfaatkan tiang beton tersebut, tinggal memasang palang baru yang menarik, sedikit polesan cat dan gapura itu akan kelihatan cantik serta menarik. Oleh karena itu, pak RT merelakan patung kecil burung Garudanya untuk disumbangkan sebagai hiasan di gapura tersebut. Masalahnya, walaupun kecil, ternyata patung itu lumayan juga beratnya, hampir (P) = 55 kg!

Warga mulai resah,”harus pake palang beton nih kalo mau kuat,”ujar Bang Onggo.
“Ah susah Bang. Kudu ngecor lagi, bikin kali-kali gi, (stagger atau propping, teamporary support.red), nunggu kering gi.....lama,Bang,”timpal Haji Anggoro.

Adapula yang mengusulkam pake batang saja, tapi sayangnya agak susah diperoleh dan kalo mau beli juga cukup mahal, sementara pak RT enggan memberatkan warga yang memang sudah berat-berat beban hidupnya.

“Pake bamboe aje, Pak,” kata Pak Sireng.”Di belakang rumah saya banyak bambu yang nggak ke pake, tapi ....kayaknya udah banyak yang dipotong-potong. Kalo mau kita ke rumah saya aja sekarang, Pak.”

Pak RT mengangguk walaupun agak ragu. :Ayo, kita lihat saja dulu,”ajak pak RT yang kemudian diikuti oleh langkah mereka, termasuk si Prasetyo, menuju rumah Pak Sireng yang hanya berjarak sekitar 70 m dari tempat mereka berkumpul.

“Waah,...bambu apusnya kecil-kecil pak,” kata Bang Onggo begitu melihat tumpukan bamboe di halaman belakang rumah Pak Sireng. “Pendek-pendek lagi lebar gang kita kayaknya nggak cukup, pak. Kira-kira 5 – 6 meteran kan pak lebare?”

Pak RT dan yang lain mengiyakan. Disitu memang banyak tumpukan baru, tapi ukurannya kecil-kecil dan hanya ada 4 – 5 batang bamboe yang panjangnya cukup untuk dibentangkan dari satu tiang gapura yang sudah ada ke tiang gapura yang laen menurut Bang Onggo jaraknya sekitar 6 m.

Di tengah, kebingungan bapak-bapak tersebut, Prasetyo maju mengamati.beberapa batang bamboe. Dia mengais-ngais tumpukan bamboe tersebut.
Mata mengisyaratkan sesuatu yang sedang bekerja di otake. Sesuatu yang bersinar seperti bola pijar temuan paman Edison. Tanganne meraih sebuah potongan dahan kayu yang kecil. Kayu itu dia gunakan oentuk menorehkan sesuatu di tanah. Sesuatu yang nampak seperti coretan angka-angka yang mungkin tidak ade satupun dari bapak-bapak yang ada disitu yang isa memahaminya.

Dia menulis sesuatu yang kira-kira seperti ini :

P = 55 kg = o.55 kN

m = 0.5 ((0.55 kN x 6 m)/(4)) = 0.412 kNm

htruss = 60 cm = 0.6 m

T = C = (0.412/0.6) = 0.687 kN

Tegangan ijin = 10 kg/cm2 = (10 x 0.01)/(0.0001) = 1000 kN/m2

Aperlu = (0.687/1000) = 6.87 cm2

Dbamboe = 5 cm

tbamboe = 0.6 cm

Abambu = (3.14/4 ((5^2)-(5-(2 x 0.6)^2)))= 8.29 cm2 >= 6.87 cm2.

“Bisa,pak!” Ujar Prasetyo beberapa saat kemudian. Bapak-bapak serentak menoleh kea rah Prasetyo yang masih berdiri di depan ‘Karya Tulis’-nya.

“Kita bikin double-truss!”, ujar Prasetyo. Bapak-bapak cuma isa melongo meliat ulah Prasetyo. Bang Onggo malah nyeletuk,”Dobel Teras?? Mau bikin bungalo ataoe gapoera???? Gapura kok pake teras???”

“Bambu-bamboe ini ukurannya nanggung,” sahut Prasetyo mengacuhkan ucapan bang Onggo. “Ada yang besar tapi pendek dan ada yang panjang tapi ukurannya kecil. Saya tadi coba cari bamboe yang ukurannya mencapai (p) = 6 meter dan memang ada 4 – 5 batang seperti kata bang Onggo. Bamboe-bambu itu paling kecil diameternya (D) = 5 cm dan tebalnya sekitar (t) = 0.6 cm,”kata Prasetyo kemudian. “Kita akan buat rangka bamboe. Mirip jembatan gitoe lho pak.” Prasetyo kemudian menggambarkan sesuatu di tanah.

“Dengan konfigurasi seperti ini, saya tadi sempet hitung-hitung secara kasar dan bamboe-bambu (D) = 5 cm itu masih kuat untuk menopang (P) = 55 kg patung ganda milik pak RT.” Prasetyo menjelaskan dengan mantap.

Sinaran lampu ide dari Prasetyo perlahan-lahan mulai menerangi raoet wajah bapak-bapak yang spertinya masih berusaha sekuat tenaga untuk memahami apa yang baru aja diucapkan oleh Prasetyo.

“Oke.....oke...kita coba pake usulan nak Prasetyo,”kata pak RT memecah konsentrasi bapak-bapak yang loadingnya masih in-progress. Rupanya pak RT memilih langsung setuju daripade ikutan adu loading tercepat dengan bapak-bapak yang lain.

Akhirnya setelah melalui 2 hari tahap konstruksi gapoera double truss ala Prasetyo berdiri dengan kokohnya di depan gerbang gang RT mereka.



Epilog : Seseorang pengunjung tertegun mengamati gapoera tersebut. Dia bertanya kepada pak RT tentang struktur gapoera itu. Pak RT-pun menjelaskan ala copy-paste dari yang pernah diutarakan oleh Prasetyo. Si pengunjung kagum dengan wawasan dan ilmu yang dimiliki oleh pak RT. Tiba-tiba si pengunjung bertanya,”kalo member diagonale itu bagaimane ngeceknya pak???? Dan control lendutannya bagaimane??????”

Pak RT,”........?!?........terbengoooongg......???”

Daftar Pustaka

Ir. H. Sumirin, 2011, Buku Pedoman Mata Kuliah Teknolgi Bahan dan Contoh Artilel Teknologi Bahan, Magister Teknik Sipil Unissula Semarang

Penulis

Nama : Sulistyaningsih
NIM : MTS.17.11.1.0376

MUTU BETON K - 250 PADA KOLOM, BALOK DAN PELAT LANTAI PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RSUD JL. KARTINI NO. 101 AMBARAWALANTAI

MUTU BETON K-250 PADA KOLOM, BALOK DAN PELAT LANTAI
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RSUD JL. KARTINI NO. 101 AMBARAWA


A. Tinjauan Umum Proyek
Pada Perkembangan era globalisasi pertumbuhan penduduk yang sakit dratis
akan menuntut peningkatan dan penambahan sarana-sarana pelayanan kesehatan.
Itu semua dapat terlaksana jika ada proses kegiatan medis yang efisien,
efektif dan baik mutunya yang nantinya akan mampu memberikan pelayanan
kepada masyarakat umum tentang pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh RSUD AMBARAWA. Melihat hal itu maka dengan sendirinya masyarakat
umum akan datang berobat ke RSUD AMBARAWA tersebut. Tetapi ada satu masalah
yang sangat penting yaitu karena daya tampung gedung bagi pasien yang
inap itu terbatas dan pasien menunggu antrian banyak antara pasien yang
satu dengan pasien lainnya, maka dibangunlah Gedung RSUD AMBARAWA 2 lantai.
B. Latar Belakang Proyek
Pembangunan Gedung RSUD AMBARAWA adalah sebagai perwujudan dari rasa peduli
pada masyarakat umum, yang mana nantinya akan memberikan pelayanan
kesehatan dan proses kegiatan paramedis yang akan menyembuhkan
pasiennya. Oleh karena itu diperlukan sarana-sarana RSUD itu
sendiri dan paramedis profesional.
C. Tujuan Proyek
Tujuan Proyek Pembangunan Gedung RSUD AMBARAWA yaitu usaha peningkatan
kesehatan rujukan dan rumah sakit Propinsi Jawa Tengah.
D. Ruang Lingkup Artikel
Penulis mengambil contoh Proyek Pembangunan Gedung RSUD AMBARAWA selama
90 hari sewaktu kerja praktek kuliah S1 Teknik Sipil dan pekerjaan yang dapat
diamati dalam jangka waktu tersebut adalah sebagai berikut :
Ο Tinjauan Umum Proyek
Ο Latar Belakang Proyek
Ο Tujuan Proyek
Ο Ruang Lingkup Artikel
Ο Data Umum Proyek
õ Lokasi Proyek
õ Data Bangunan
Ο Metode Pengumpulana Data
Ο Manajemen dan Organisasi Proyek
Ο Perencanaan
Ο Bahan dan Peralatan
Ο Tahap Pelaksanaan
Ο Tinjauan Umum Proyek
Ο Pengawasan dan Pengendalian Proyek
Ο Penutup
E. Data Umum Proyek
1. Lokasi Proyek
Proyek Pembangunan Gedung RSUD AMBARAWA terletak di Jalan
Kartini No. 101 AMBARAWA,dengan rincian :
ô Sebelah Barat : Gedung Poliklinik - RSUD AMBARAWA dan Jl. Asrama
Tentara
ô Sebelah Timur : Daerah Rencana Pembangunan
ô Sebelah Utara : Jl. Kartini dan Gedung UGD - RSUD AMBARAWA
ô Sebelah Selatan : Gedung Instalasi Gizi - RSUD AMBARAWA
Pertimbangan-pertimbangan dipilihnya lokasi tersebut antara lain :
ô Luas lokasi areal tanah yang cukup memadai untuk didirikannya bangunan
tersebut.
ô Lokasi tanah yang sangat spaten Semarang yang tidak terlalu bising.
2. Data Bangunan
Proyek Pembangunan Gedung RSUD AMBARAWA, antara lain :
Ο Gedung Poliklinik dibangun di atas tanah seluas 315 m2 dan luas bangunannya
420 m2 (Gedung 2 lantai)
Ο Gedung Instalasi Gizi dibangun di atas tanah seluas 405 m2 dan luas
bangunan 722,25 m2 (Gedung 2 lantai)
Ο Gedung Workshop dibangun di atas tanah seluas 531 m2 dan luas bangunannya
300,9 m2 (Gedung 1 lantai)
Ο Gedung IGD dibangun di atas tanah seluas 376 m2 dan luas bangunannya
312 m2 (Gedung 1 lantai)
Masing-masing Proyek Pembangunan Gedung RSUD AMBARAWA mempunyai elevasi
banguann terendah dan elevasi bangunan tertinggi.
Penulis mengambil contoh Gedung Poliklinik dengan elevasi bangunan
terendah : ± 0.00 dan elevasi bangunan tertinggi : ± 9,5 m
Proyek ini dibiayai APBD dan APBN Kabupaten Semarang.
F. Metode Pengumpulan Data
Dalam pembuatan laporan artikel, penulis menggunakan metode yang berdasarkan
pada :
Ο Peninjauan dan pengamatan langsung.
Ο Penjelasan dan tanya jawab dengan pelaksana (Bapak Bagus Irawan) dan pekerja di
lapangan.
Ο Penjelasan dari direksi pengawas lapangan.
Ο Gambar-gambar proyek
Ο Data-data lain dari literatur terkait.
Laporan artikel ini penulis sajikan yaitu bagian pondasi, sub struktur selain itu
juga mengamati cara pengelolaan proyek agar dapat berjalan sesuai rencana.
G. Manajemen dan Organisasi Proyek
Ο Tinjauan Umum
õ Proyek adalah suatu rangkaian kegiatan sementara yang berlangsung
dalam jangka waktu terbatas dengan alokasi sumber daya tertentu dan
dimaksudkan untuk melaksanakan tugas dan sasarannya telah digariskan dengan
jelas.
õ Faktor - faktor yang mempengaruhi agar pelaksanaan proyek dapat berjalan
lancar, antara lain :
1. waktu
2. biaya
3. mutu
õ Agar ke-3 Faktor - faktor tersebut berjalan lancar dalam pelaksanaan
proyek perlu dibentuk sistem organisasi yang dapat mengelola dan mengatur
tiap-tiap organisasi kerja dari seluruh kegiatan proyek.
õ Pelaksanaan pembangunan diartikan sebagai kegiatan melakukan pekerjaan
pada suatu lokasi proyek sehingga pembangunan terwujud. Proses yang
perlu dipikirkan dalam proses pembangunan yaitu cukup banyak tenaga
pekerja profesi yang aktif dan bermacam-macam bahan bangunan yang
digunakan. Setiap orang harus dapat memanfaatkan kepastian seefektif
mungkin sesuai peranannya dalam pelaksanaan pekerjaan proyek, yang
pada akhirnya menentukan keberhasilan suatu proyek. Hal ini terutama
sekali pada proyek yang berskala besar karena banyak hal yang
terkait dalam pelaksanaan proyek. Sasaran proyek dimaksudkan
untuk menghasilkan suatu bangunan yang dapat
dipertanggungjawabkan seperti yang diharapkan pemilik proyek. Manajemen
proyek sangat berperan dalam hal ini.
õ Dalam Proyek Pembangunan Gedung RSUD AMBARAWA penulis amati bawa
kekurangan terdapat pada pelaksanaan pekerjaan penulangan plat dan
pengecoran terlambat.
Ο Struktur Organisasi Proyek
Pada Proyek Pembangunan Gedung RSUD AMBARAWA, pemilik proyek
merangkap sebagai pemimpin proyek didukung oleh konsultan MK (Manajemen
Konstruksi), Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas dan Kontraktor.
Badan-badan unsur pendukung proyek tersebut adalah sebagai berikut :
º Pemilik Proyek Pembangunan Gedung RSUD AMBARAWA PEMDA Kabupaten Semarang.
º Konsultan Manajemen Konstruksi CV. Sembada Desain.
º Konsultan Pengawas CV. Nirmala dan CV. Cakra Agung.
º Konsultan Perencana CB. Sembada Desain.
º Badan Pengawas Pembangunan Departemen Pekerjaan Umum (DPU).
º Kontraktor Utama PT. Ampuh Sejahtera.
Badan-badan tersebut mempunyai hubungan antara satu dengan yang lain saling
terkait.
H. PERENCANAAN
Ο Tinjauan Umum
Suatu hasil karya akan lebih baik hasilnya apabila terlebih dahulu melalui
tahap perencanaan yang merupakan kegiatan awal dari suatu proses manajemen.
Maksud dari perencanaan proyek sebelum proyek dimulai adalah sebagai pedoman
mengikat semua pihak yang terlibat di dalam pelaksanaan proyek dapat
direalisasikan sesuai dengan rencana atau batasan yang telah ditetapkan
semula baik biaya, mutu maupun waktu serta perlu dibuat gambaran yang jelas
mengenai bentuk, ukuran-ukuran, spesifikasi dari proyek yang akan
dilaksanakan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai proyek
tersebut sebelum dilaksanakan memperlancar dalam pelaksanaannya.
Pada proyek berskala besar dipengaruhi beberapa faktor non teknis yang
harus dipertimbangkan antara lain :
õ Faktor Fleksibility
õ Faktor Accepbility
õ Faktor Feasibility
Perencanaan suatu struktur haruslah memenuhi syarat kekuatan, kekakuan dan
kestabilan dengan berdasar pada hasil perhitungan dan peraturan-peraturan
yang berlaku. Peraturan-peraturan tersebut digunakan dalam
perencanaan struktur di Indonesia, antara lain :
º Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983.
º Peraturan Perencanaan Gedung Tahan Gempa Indonesia, PPTGI 1983.
º Peraturan Beton Bertulang Indonesia, PBI 1971.
º Standar Beton 1989.
º Peraturan dan Ketentuan Lain Yang Relevan.
Ο Dasar Perencanaan Struktur
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan struktur bangunan
tinggi, antara lain :
õ Syarat stabilitas dinamis.
õ Syarat kekuatan statis dan dinamis.
õ Syarat ekonomis.
õ Syarat estetika (keindahan).
Ο Dasar Perhitungan
Sebuah bangunan agar kuat dan aman maka persyaratan kekuatan bahan
harus dipenuhi. Sebagai dasar perencanaan yang dipakai di Proyek Pembangunan
Gedung RSUD AMBARAWA, antara lain :
õ Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia 1941.
õ Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971) dan Peraturan Beton
Indonesia (PBI 1989).
õ Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI 1961).
õ Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SK. SNI T 15-1991-
03.
õ Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI 1982).
õ Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI 1983).
Ο Perencanaan Arsitektur
Perencanaan arsitektur merupakan tahap awal dari suatu perencanaan bangunan.
Perencanaan arsitektur dimulai dengan membuat beberapa alternatif gambar
dari rencana bangunan yang dimaksud, lengkap dengan gambar-gambar denah,
tampak bangunan serta gambar potongan sesuai dengan keinginan dan saran
pemilik proyek.
Perencanaan arsitektur Proyek Pembangunan Gedung RSUD AMBARAWA ini adalah
dengan mempertimbangkan kepentingan pemilik dalam hal ini tidak
meninggalkan nilai-nilai keindahan dan estetika serta diberfungsi sebagai
tempat pelayanan kesehatan masyarakat.
Hal-hal yang dikerjakan antara lain perencanaan tata ruang dalam (interior),
tata ruang luar (exterior), pengaturan cahaya, pengaturan sirkulasi udara
serta finishing arsitektur yang disajikan dalam bentuk gambar-gambar rencana,
juga jenis bahan dan material yang dipakai.
Dasar perencanaan struktur arsitekturnya adalah bangunan dirancang mengacu pada
budaya Jawa yaitu rumah adat joglo, selain itu juga arsitekturnya disesuaikan
dengan fungsi dan keindahan dari bangunan tersebut.
Ο Perencanaan Mechanical dan Electrical
Bidang Mechanical dan Electrical sebagai penunjang fungsi gedung sangat
diperlukan keberadaannya. Untuk itu perencanaan pada bidang ini perlu
mendapatkan penanganan yang serius karena menyangkut fungsi kenyamanan
dan kelengkapan suatu bangunan.
õ Lingkup Perencanan Mechanical, antara lain ;
a. Pekerjaan Plumbing
b. Instalasi Pengatur Udara
c. Instalasi Penangkal Petir
õ Perencanan Electrical
Sumber daya listrik terutama dari PLN dan sumber cadangan berasal dari
diesel generator set (digunakan apabila suplai dari PLN mengalami
gangguan). Pemindahan sumber listrik ari PLN ke diesel genset dan
sebaliknya dilakukan secara otomatis.
I. Bahan dan Peralatan
Ο Tinjauan Umum
Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi kelancaran pelaksanaan pekerjaan
banyak tergantung kepada pengadaan material dan pemanfaatan perlatan yang
efektif dan efisien serta harus mendapat perhatian khusus terutama dalam
hal pengawasan yang baik terhadap mutu dan standar material. Hal ini
berkaitan langsung terhadap kualitas konstruksi. Penempatan material yang
hendak digunakan baik tempat terbuka maupun di dalam ruangan harus
disesuaikan sebaik-baiknya dengan sifat material tersebut. Pemakaian alat
berat hendaknya disesuaikan dengan jenis dan volume pekerjaan. Penyesuaian ini
menyebabkan pemakaian alat berat menjadi efisien, tidak memakan tempat
dengan menghasilkan profuktifitas kerja yang maksimal tenaga yang
terampil dengan berpengalaman merupakan kunci dalam enggunaan peralatan
ini. Hal ini yang tidak kalah penting adalah pemeliharaan alat.
Ο Bahan Bangunan
Bahan bagunan adalah salah satu faktor penting dalam pengerjaan
suatu proyek, sebab mutu dan kekuatan bangunan tersebut ditentukan antara
lain oleh kualitas bahan bangunan yang digunakan disamping oleh hal lain yaitu
perencanaan, pelaksanaan dan finishing.
Bahan bangunan yang dipakai dalam proyek ini, antara lain :
õ Semen (Portland Cement)
Portland Cement adalah bahan pengikat campuran beton yang bersifat hidrolis
artinya bila dicampurkan dengan air akan mengalami proses pengerasan. Jadi PC
sangat menentukan pada kekuatan atau mutu beton yang dihasilkan.
Semen untuk seluruh kegiatan pembagunan Proyek Gedung RSUD AMBARAWA
menggunakan semen (PC) type I sesuai ASTM C 150 merk Tiga Roda
TI.114.KA.1E dan segala sesuatunya mengikuti ketentuan P.B.I.71.
PC tersebut disuplai dari salah satu pabrik yang telah
disetujui oleh pengawas terlebih dahulu.
õ Agregat
º Agregat halus
Pasir yang digunakan dalam adukan beton dan lantai kerja adalah pasir
muntilan. Pasir yang digunakan tersebut harus memenuhi persyaratan seperti
yang diisyaratkan di bawah ini :
Adapun syarat-syaratnya adalah sebagai berikut :
Ö Pasir untuk beton, adukan harus merupakan pasir alam, pasir hasil
pemecahan batu dapat pula digunakan untuk mencampur agar di dapat
gradasi pasir yang baik. Pasir yang dipakai harus mempunyai kadar air
yang merata dan stabil serta harus terdiri dari butiran yang
keras, padat tidak terselaput oleh material lain.
Ö Pasir yang ditolak oleh pengawas, harus segera disingkirkan dari
lapangan kerja. Dalam membuat adukan baik untuk beton, plesteran maupun
grouting, pasir tidak dapat digunakan sebelum mendapat persetujuan
pengawas mencapai mutu dan jumlahnya.
Ö Pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan tanah liat,
alkalis bahan-bahan dan kotoran-kotoran lainnya yang termasuk berat
substansi yang merusak tidak boleh lebih dari 5%.
Ö Pasir beton harus mempunyai modulus kehalusan butir sesuai dengan
persyaratan pada P.B.I.71.
º Agregat kasar
Split yang digunakan dalam proyek ini adalah split dari alam dan batu
pecah serta memenuhi persyaratan yang ditentukan. Split digunakan sebagai
campuran adukan beton.
Adapun syarat-syaratnya adalah sebagai berikut :
Ö Agregat kasar untuk beton berupa split dari alam, batu pecah atau
campuran dari keduanya. Split yang harus mempunyai kadar air yang merata
dan stabil, ebagaimana juga pada pasir, split keras, padat tidak poreous
dan tidak berselaput material lain. Dalam penggunaannya split harus
dicuci terlebih dahulu dan diayak agar didapat gradasi sesuai yang
dikehendaki dan material yang halus yaitu lebih kecil dari 5 mm
harus disingkirkan.
Ö Split yang sudah tersedia tidak dapat langsnug digunakan sebelum
mendapat persetujuan dari pengawas baik mengenai mutu ataupun jumlahnya.
º Air untuk Adukan Beton
Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan pasangan dan grouting,
bahan pencuci agregat dan curing beton, harus air tawar yang bersih dari
bahan-bahan yang berbahaya bagi penggunaannya seperti minyak, alkali,
sulfat, bahan organik, garam, silt (lanau) yang terkandung dalam air tidak
boleh lebih dari 2% dalam perbandingan beratnya. Kadar sulfat maksimum
yang diperkenankan adalah 0.5% atau 5 gr/lt, sedang kadar klor maksimum
1.5% atau 15 gr/lt. Kontraktor tidak diperkenankan menggunakan air dari
rawa, sumber air yang berlumpur ataupun dari air laut.
Tempat pengambilan harus menjaga kemungkinan terbawanya material-material
yang tidak diinginkan tadi. Bila akan dipakai bukan berasal dari minum dan
mutunya diragukan, maka pengawas dapat minta kepada pemborong.
Untuk mengadakan penyelidikan air secara laboratoris dan biaya penyelidikan
tersebut ditanggung pemborong air yang digunakan sebagai adukan beton adalah
air PAM yeng tersedia di lokasi proyek.
º Bahan pencampur (admixture)
Penggunaan bahan admixture harus dengan ijin tertulis dari pengawas
dan admixture ini harus merupakan bagian yang integral dari adukan beton
yang dibuat.
º Baja tulangan
Baja tulangan harus memenuhi ketentuan dalam Peraturan Beton Bertulang
Indonesia 1971 dengan mutu U-39 (Tegangan Karakteristik = 3900 kg/cm2)
untuk diameter (D) > 12 mm, sedangkan diameter (D) < 12 mm
digunakan U-24 (Tegangan Leleh Karakteristik = 2400 kg/cm2). Kontraktor
harus memberikan sertifikat dan hasil test dari pabrik pengawas untuk setiap
pengiriman. Berat besi dapat diperhitungkan dengan menggunakan nominal
diameter. Bila menggunakan wire mesh maka harus digunakan tipe
dengan electrically welded wire mesh dan memenuhi ketentuan-ketentuan
dalam ASTM A-185.
Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
ö Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan lemek atau minyak, karat dan
tidak bercacat seperti retak dan lain-lain.
ö Untuk mutu U-39 harus digunakan profil bajaa tulangan deformed (deformed
bar).
º Kayu
Syarat-syarat kayu yang harus digunakan dalam proyek ini adalah :
ö Kayu dipakai harus menggunakan kayu kelas 1, kayu berkualitas baik,
tua, kering dan tidak bercacat pecah-pecah serta tidak terdapat kayu
mudanya (splint).
ö Kelembaban kayu dipakai untuk pekerjaan kayu halus harus kurang 12-16%
dan untuk pekerjaan kayu kasar 16-18%, kelembaban tersebut ditentukan
kayu yang dikirim ketempat pekerjaan dan harus konstan sampai
bangunan selesai.
ö Selama pelaksanaan, mutu dan kekeringan kayu harus dijaga dengan
penyimpanannya ditempat kering dan terlindung dari hujan dan panas.
Untuk menjaga kualitas bahan bangunan dilakukan pemeriksaan bahan bangunan
agar nantinya dapat dicapai hasil yang memenuhi standar perencanaan yang
telah ditentukan sebelumnya. Yang dimakasud dengan pemeriksaan yang
berupa penyelidikan dan pengujian yang perlu dilakukan baik di lapangan
maupun di laboratorium terhadap bahan bangunan yang akan digunakan pada
proyek tersebut.
Ο Peralatan
Untuk mendukung jalannya pelaksanaan pekerjaan diperlukan alat-alat
(equipment) yang pada hakekatnya dapat dibedakan menjadi :
ö Heavyu Equipment (Alat Berat)
ö Temporary Equipment (Alat Temporer)
Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan Proyek Pembangunan
Gedung RSUD AMBARAWA, antara
lain :
ö Theodolit
ö Waterpass
ö Meteran
ö Bar Bender (Pembengkok Besi Beton)
ö Bar Cutter (Pemotong Besi Beton)
ö Kunci Besi
ö Pompa Air (Pompa Air dengan Merk Honda WP 20x ini menggunakan selang
ukuran 2")
ö Molen (Molen Merk Glorindo kapasitas 0,35 m3 dengan penggerak diesel 6
SPK)
ö Slump Test (pertahap beton ditusuk-tusuk sebanyak 25x selama 3x setelah
itu diratakan)
ö Stamper (Stamper Merk Mikasa Tipe Ortodox dengan Mesin Diesel)
ö Concrete Vibrator
ö Perancah Kayu
ö Beton Decking
NB : Untuk lebih jelasnya mengenai bahan dan peralatan proyek lihat pada
lampiran.
J. Tahap Pelaksanaan
Ο Tinjauan Umum
Setelah tahap perencanaan selesai dikerjakan, maka tahap selanjutnya adalah
Pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung RSUD AMBARAWA yang telah dimulai pada
pertengahan bulan Agustus sampai dengan akhir bulan Januari.
Selain berdasarkan pada perencanaan yang baik untuk mendirikan bangunan suatu
gedung bertingkat.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendirikan bangunan suatu gedung
bertingkat, antara lain
ö Berdirinya suatu bangunan harus sesuai gambar perencanaan dimana pada
umumnya menyangkut masalah keindahan bentuk dan kekuatan konstruksi.
ö Sebelum pelaksanaan dimulai perencanaan mengenai urutan dan teknik pelaksanaan
pekerjaan fisik.
ö Penguasaan terhadap proyek yang akan dikerjakan oleh tenaga-tenaga yang
berpengalaman bidangnya.
Pelaksanaan pekerjaan yang akan dijelaskan oleh penulis disini adalah
pekerjaan penulis amati secara langsung di lapangan. Adapun pekerjaan yang
dimaksud adalah pekerjaan kolom, balok dan pelat lantai.
Ο Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung RSUD Ambarawa dimulai pada pertengahan
bulan Agustus sampai akhir bulan Januari 2002 dari lantai 1 dan lantai 2.
Ο Pekerjaan Persiapan
Yang dimaksud dengan pekerjaan persiapan ini meliputi pekerjaan permulaan,
penunjang, pendukung atau pelangkap dari seluruh pekerjaan struktur yang terdiri
dari :
ö Pekerjaan pembersihan lokasi
ö Pengadaan direksi keet
ö Penyediaan air dan listrik
ö Pekerjaan pengukuran (menentukan posisi dari bangunan yang dikerjakan agar
selesai dengan rencana desain seperti tercantum dalam gambar bestek).
Ο Pekerjaan Pondasi
Di dalam pelaksanaan pekerjaan pondasi pada Proyek Pembangunan RSUD
Ambarawa menggunakan pondasi foot plat dan pondasi batu belah.
Pelaksanaan pekerjaan pondasi tersebut oleh kontraktor utama
(PT. Ampuh Sejahtera).
Pekerjaan pondasi, antara lain :
ö Pekerjaan pondasi foot plat, meliputi :
ð Pekerjaan pengukuran
ð Penggalian tanah
ð Pengecoran
ð Pembongkaran begesting
ö Pekerjaan pondasi batu belah
Pekerjaan pondasi batu belah dilakukan setelah pekerjaan pondasi foot plat
selesai serta beton mengeras.
ö Pekerjaan kolom
Kolom berfungsi untuk menyalurkan beban-beban bagian atas yang kemudian
diterima oleh pondasi. Selain itu kolom juga sebagai kerangka bangunan.
Pekerjaan kolom, meliputi :
ð Pekerjaan pembesian
Cara pemasangan tulangan pada kolom adalah sebagai berikut :
º Tulangan utama dipasang bersamaan dengan tulangan sloof sesuai dengan
gambar desain.
º Setelah tulangan utama terpasang, tulangan sengkang dipasang
mengitari tulangan sengkang dipasang mengitari tulangan utama,
tulangan ikat dengan menggunakan kawat beton.
º Tahu beton dipasang pada sisi luar tulangan utama
Dalam pekerjaan kolom yang harus diperhatikan adalah as kolom yang terletak
di tengah dan hubungan antara kolom dan pondasi.
ð Pekerjaan begesting
Pekerjaan begesting kolom dilakukan setelah pembesian kolom selesai.
Cara pemasangan adalah sebagai berikut :
º Begesting ynag dirangkai di lapangan diberi pengaku dengan rangka balok.
º Di sekeliling dinding begesting kolom diberi pengaku dengan kayu bengkirai
penahan agar egesting kuat tidak melengkung di waktu pengecoran.
ð Pekerjaan pengecoran
Sebelum pengecoran perlu diadakan pemeriksaan begesting, pemeriksaan tersebut
antara lain :
º Pemeriksaan terhadap as-as kolom beserta dimensinya.
º Pemeriksaan penunjang begesting-begesting kolom.
º Pemeriksaan begesting kolom apakah sudah lurus atau belum.
Pengecoran menggunakan beton mutu K-250 yang pengecorannya menggunkan alat
manual (Pekerja langsung mengecor). Untuk memadatkan adukan beton digunakan
Vibrator.
ö Pekerjaan Balok
Pekerjaan balok, meliputi :
ð Pekerjaan bagesting
Bahan begesting adalah multiplek 12 mm dan kayu 5/7 yang sudah dibuat di
lapangan. Pemasangan begesting balok dilakukan setelah pengecoran dan
pembongkaran begesting kolom.
Cara pemasangannya sebagai berikut :
º Multiplek untuk begesting balok didirikan lalu diletakkan kayu-kayu
memanjang diatasnya.
º Dinding bawah begesting balok dipasang dilanjutkan dengan pemasangan
dinding begesting di kiri-kanannya.
ð Pekerjaan pembesian
Pekerjaan ini dilakukan setelah pekerjaan begesting telah selesai.
Pemasangan tulang balok adalah sebagai berikut :
º Tulangan utama dipasang sesuai dengan gambar desain.
º Tulangan utama dirangkai diatas begesting balok dengan digantungkan pada
tulangan kolom.
º Tulangan sengkang dipasang dan kemudian diikatkan pada tulangan utama
dengan bendrat sesuai dengan jarak yang ditentukan.
º Tahu beton setebal 20 mm dipasang dibawah disamping kiri-kanan dari
tulangan untuk mendapatkan selimut.
ð Pekerjaan pengecoran
Pekerjaan pengecoran dilakukan setelah pekerjaan pembesian dan
begesting selesai. Sebelum pengerjaan pengecoran dilakukan, beberapa yang
perlu diperhatikan :
º Pembersihan pada lokasi yang di cor.
º Pemeriksaan begesting balok.
º Pemeriksaan penunjang-penunjang balok.
º Pemeriksaan terhadap elevasi tinggi balok.
Pengecoran balok menggunakan beton mutu K-250 dan dilakukan langsung
di cor ke begesting balok dan memadatkan adukan beton untuk lantai 1
ditumbuk dengan tongkat pemadat sampai padat serta untuk lantai 2 pemadatan
adukan beton menggunakan Vibrator. Bila daerah yang di cor sekaligus,
maka pemberhentian pengecoran dilakukan pada 1/3 panjang bentang yang
diukur dari as ke as. tiap pengecoran dilakukan pada 1/3 panjang bentang yang
diukur dari as ke as.
ö Pekerjaan Plat Lantai
Pekerjaan plat lantai, meliputi :
ð Pekerjaan bagesting
Bahan begesting adalah multiplek 12 mm dan kayu 5/7 yang
pembuatannya dilakukan dilapangan.
Pemasangan begesting plat dilakukan setelah begesting balok yang ada di
sekeliling plat lantai setelah terpasang.
Pekerjaan begesting plat dilakukan bersamaan dengan pekerjaan begesting
balok.
Cara pemasangannya sebagai berikut :
º Di atasnya dipasang balok-balok kayu secara horisontal.
º sebagai penahan beton kayu bengkirai dan multiplek.
Begesting plat diusahakan tanpa sambungan. Jika terdapat sambungan maka
diberi dempul agar air semen tidak rembes.
ð Pekerjaan pembesian
Pekerjaan ini dilakukan setelah pekerjaan begesting telah selesai.
Pemasangan tulangan pada plat adalah sebagai berikut :
º Tulangan bagian bawah disusun terlebih dahulu dan diatur jaraknya.
Bagian yang bertemu dengan baik diikat dengan bendrat.
º Tulangan-tulangan atas dipasang dan diikatkan pada tulangan balok.
º Untuk menjaga jarak antara tulangan atas dengan tulangan bawah dipasang
besi khusus.
º Tahu beton setebal 20 mm dipasang pada tulangan plat.
ð Pekerjaan pengecoran
Pekerjaan pengecoran dilakukan pemeriksaan terhadap begesting perlu
dilakukan antara lain :
º Pemeriksaan begesting plat.
º Pemeriksaan elevasi.
º Pemeriksaan penunjang-penunjang plat.
Pengecoran plat lantai menggunakan beton mutu K-250 dan dilakukan oleh
pekerja dan untuk memadatkan digunakan alat Vibrator. Sebelum
pengecoran begesting disiram dulu dengan air semen, agar begesting tidak
menyerap air dari adukan beton tersebut.
Untuk balok dan plat pengecoran dilakukan bersamaan, penghentian
pengecoran kira-kira ditempatkan 1/4 bentang, dimana 1/4 bentang momen
dianggap nol dengan gaya geser relatif kecil serta dibuat miring 45⁰
untuk menghindari retak-retak dan memperluas bidang pengecoran.
ð Pembongkaran begesting atau cetakan
Pembongkaran cetakan dilakukan apabila beton benar-benar telah kering
berdasarkan perhitungan benda uji dilaboratorium dan tiap pembongkaran
harus disetujui oleh Direksi.
Cetakan dapat dibongkar jika umur beton telah mencapai waktu sebagai
berikut :
º Kolom : 24 jam
º Bagian Sisi Balok : 48 jam
º Balok tanpa beban : 7 hari
º Balok dengan beban : 21 hari
º Plat lantai : 21 hari
Cetakan beton dapat dibongkar lebih awal asal benda uji telah mencapai
kekuatan 75% dari kekuatan 28 hari.
Δ Untuk lebih jelasnya mengenai tahap pelaksanaan kolom, balok dan plat
lantai lihat gambar tahap pelaksanaan pada lampiran.
Catatan :
ô Kelebihan Beton Mutu K-250 :
Ö Beton Mutu K-250 memiliki σbk (kuat tekan beton karakteristik) > 250
kg/cm2, σbm (kuat tekan beton rata-rata) > 300 kg/cm2.
Ö Beton Mutu K-250 memiliki tujuan strukturil.
Ö Beton Mutu K-250 memiliki pengawasan terhadap mutu agregat kuat dan kuat
tekan beton kontinu.
Ö Beton Mutu K-250 merupakan kelas III.
Ö Beton yang kontinu berhubungan dengan air tawar memiliki jumlah semen
minimum per m3 beton = 275 kg.
Ö Beton yang kontinu berhubungan dengan air tawar memiliki nilai faktor air
semen maksimum = 0,57.
ô Kekurangan Beton Mutu K-250 :
Ö Apabila pada agregat kasar terpisah dari campuran beton segar selama
transportasi pengecoran, penggetaran atau pemadatan.
yang disertai keluarnya air pada permukaan beton maka dihasilkan beton
yang kurang baik mutunya, antara lain :
º Peristiwa segregasi dan bleeding (terjadi kantung-kantung batu jadi
lemah, permeubel dan kurang awet)
º Segregasi kemungkinan besar pada kondisi-kondisi berikut ini :
∆ Campuran kurang semen.
∆ Campuran basah.
∆ Campuran kurang pasir.
∆ Adanya besar butiran maksimum dari agregat.
∆ Agregat kasar tidak menyerupai kubus.
∆ Agregat yang digunakan terlalu ringan atau berat.
∆ Gradasi agregat yang kurang baik.
∆ Transportasi dan pengecoran yang kurang baik.
∆ Apabila bentuk penulangan kurang bagus, banyak detail dan sudut-sudut
tajam.
K. Pengawasan dan Pengendalian Proyek
Ο Tinjauan Umum
Pengawasan(Controlling) adalah suatu proses penilaian pelaksanaan kegiatan
dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, yaitu dengan
mengusahakan agar semua pihak dapat melaksanakan kegiatan dengan berpedoman
pada perencanaan serta dengan mengadakan tindakan koreksi dan perbaikan.
Sedangkan pengendalian (supervising) merupakan kegiatan arahan,
pemberian instruksi, dorongan dan mengadakan koordinasi antar berbagai
kegiatan oleh atasan kepada bawahan dengan agar pelaksanaan tugas dapat
berjalan dengan lancar, serta memelihara hubungan kerja yang serasi antara
atasan dan bawahan (Reporting).
Untuk mencapai hasil yang diinginkan sesuai standar kualitas yang sedang
ditentukan dalam dokumen lelang, maka dalam pekerjaan sebuah proyek diperlukan
adanya dua hal yang diatas yang dilakukan oleh unsur-unsur pelaksana
dalam berbagai bidang diantaranya konsultan MK dan kontraktor.
Sebuah proyek dikatakan sukses apabila dapat mencapai mutu yang
diperisyaratkan, biaya yang dikeluarkan tidak melebihi ketentuan dan waktu
pelaksanaan pekerjaan pembangunan tersebut sesuai dengan rencana.
Ruang lingkup pengawasan dan pengendalian yang bisa dilaksanakan pada suatu
proyek adalah :
ð Pengawasan dan Pengendalian Waktu Pelaksanaan (Time Control)
Proyek dinilai berhasil bila selesai tepat pada waktunya.
ð Pengawasan dan Pengendalian Mutu Pekerjaan (Quality Control)
Hasil pekerjaan sesuai dengan yang diisyaratkan dalam spesifikasi.
ð Pengawasan dan Pengendalian Biaya Pekerjaan (Cost Control)
Proyek tersebut dalam pengeluaran dan tidak melebihi dari yang sudah
direncanakan.
Dengan adanya kerjasama yang baik di bidang pengawasan dan pengendalian antara
konsultan MK dan kontraktor,maka kualitas bangunan yang diisyaratkan akan bisa
tercapai.
L. Penutup
Ο Kesimpulan
Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan pada Proyek Pembangunan Gedung
RSUD Ambarawa (Gedung Poliklinik) :
ð Pekerjaan Kolom lantai 1 dan lantai 2 menggunakan beton mutu K-250.
ð Pekerjaan Balok lantai 1 dan lantai 2 menggunakan beton mutu K-250.
ð Pekerjaan Plat Lantai 1 dan Plat Lantai 2 menggunakan beton mutu K-250.
Selain itu penulis mendapatkan banyak pengalaman berupa macam-macam pekerjaan
yang terjadi di lapangan serta pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya
administratif. Dari asil pengamatan selama di Proyek Pembangunan RSUD
Ambarawa (Gedung Poliklinik) oleh Kontraktor Utama "PT. Ampuh Sejahtera" kami
dapat menarik berbagai manfaat dan persoalan yang ada di lapangan.
Adapun kesimpulan yang dapat kami uraikan adalah sebagai berikut :
ð Dalam suatu proyek agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar sesuai
dengan waktu, biaya dan mutu perlu dibentuk sistem organisasi kerja yang
dapat mengatur atau mengendalikan seluruh kegiatan.
ð Perlu adanya rencana yang baik dan matang, yang diwujudkan dalam
Time Schedule yang harus ditinjau setiap pelaksanaan pekerjaan. Dalam
proyek ini target hasil yang dicapai selalu melampaui dari perencanaan.
Untuk pelaksanaan pekerjaan seperti : Pembesian, pengecoran, pembuatan
begesting sudah sesuai dengan rencana.
ð Di dalam melaksanakan suatu pekerjaan proyek perlu sekali diperhatikan
masalah penyediaan bahan serta kesiapan peralatan yang akan digunakan.
Pengiriman bahan atau material yang terlambat akan mengganggu pekerjaan yang
lain. Pelaksanaan di lapangan sering berbeda dengan perencanaan sebagai
contoh pelaksanaan pekerjaan pemasangan dan pengecoran pelat
lantai terlambat. Selain itu peralatan yang akan digunakan kurang terawat
sehingga pada waktu digunakan terjadi kerusakan. Material yang digunakan
seringkali tidak teratur sehingga pada saat pengambilan material akan
mengalami kesulitan.
ð Keselamatan dan kesehatan tenaga kerja perlu diperhatikan karena tenaga
kerja adalah faktor produksi yang sangat menentukan terwujudnya suatu
proyek.
Proyek Pembangunan Gedung RSUD Ambarawa (Gedung Poliklinik) ini keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja sangat diperhatikan oleh kontraktor utama
"PT. Ampuh Sejahtera".
Ο Saran
Saran-saran yang penulis dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
ð Perlu adanya koordinasi dan penyampaian informasi yang terkoordinir dengan
baik ke semua bagian dari pelaksanaan proyek, sehingga dapat dihindarkan
adanya pekerjaan yang tidak sesuai dengan rencana. Dan perlu adanya
hubungan koordinasi antara organisasi-organisasi yang terdapat dalam suatu
proyek.
ð hasil yang telah dicapai selalu melampaui target, hal ini perlu dipertahankan
dan ditingkatkan.
ð Dalam hal mendatangkan material dan penempatannya harus diperhitungkan
dengan cermat dan teliti sesuai dengan kebutuhan yang ada dan apabila
perhitungan kurang teliti maka akan menghambat pekerjaan di lapangan. Selain
itu bagian penerima barang harus tahu sisa pemasukan atau penerimaan
material atau peralatan yang masuk.
ð Kerjasama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek ini perlu
dijaga, dikembangkan dan ditingkatkan, sehingga masalah-masalah yang timbul
di lapangan dapat diatasi bersama.
ð Keselamatan dan kesehatan tenaga kerja perlu diperhatikan dan
ditingkatkan, karena tenaga kerja adalah aktor produksi yang sangat
menentukan sukses tidaknya suatu proyek.
M. Daftar Pustaka
1. Heinz Frick, 1980, Konstruksi Bangunan 1, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
2. Heinz Frick, 1980, Konstruksi Bangunan 2, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
3. H. Bachtiar Ibrahim, 1996, Rencana dan Estimate Real Cost, Penerbit Bumi
Aksara, Jakarta.
4. Mohammad Faizal, Mohammad Tayaminor, 1994, Laporan Kerja Praktek Proyek
Pembangunan Gedung STIMIK Dian Nuswantoro, Semarang.
5. Wiwit Wicaksono, 1995, Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan SMU 3,
Semarang.
6. Bambang Abas, 1996, Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan Gedung OK
Rs. St. Elisabeth, Semarang.
7. Soewardji Tandio soegondo, Ilmu Bahan dan Bangunan, Penerbit Tiga Solo.
8. Ir. Rudi Gunawan, 1967, Pengantar ilmu Bangunan, Penerbit CV. Pelajar Bandung.
9. Ir. Kartono Wibowo, MM, 2001, Catatan Mata Kuliah Manajemen Proyek dan
Konstruksi, Dosen FT. Sipil Unissula, Semarang.
10. Ir. Pudjo Rahardjo, MSP, 2001, Catatan Mata Kuliah Manajemen Proyek dan
Konstruksi, Dosen FT. Sipil Unissula, Semarang.
11. Sulistyaningsih, 1998, Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan Gedung RSUD
Ambarawa, Jl. Kartini No. 101 Ambarawa.

LAMPIRAN :
ð




Rabu, 13 Juli 2011

SIM PNPM MANDIRI PERKOTAAN KAB. BLORA

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga Makalah Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen ini dapat terselesaikan.
Penyusunan makalah salah satu tugas mata kuliah Sistem Informasi Manajemen dengan judul “Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora”, dengan harapan nantinya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para pelaku PNPM-Mandiri Perkotaan dari tingkat desa/kelurahan dampingan penulis hingga tingkat pusat dalam menanggulagi kemiskinan secara berkelanjutan mulai dari proses penentuan kebutuhan, pengambilan keputusan, proses penyusunan dan pelaksanaan program jangka menengah penanggulangan kemiskinan tiga tahun (PJM-Pronangkis 3 tahun) hingga pemanfaatan dan pemeliharaan serta berkemitraaan dengan berbagai pihak baik dari pihak Pemerintah, swasta, steakholder dan sebagainya terutama mulai tahun 2007 diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pencapaian sasaran Millenium Development Goals (MDGs) sehingga nantinya akan tercapai pengurangan penduduk miskin sebesar 50% di tahun 2015.
Dalam penyusunan dan penyelesaian Makalah Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen ini, penulis telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. H. Sumirin, MS selaku Dosen MTS Fakultas Teknik Unissula Semarang yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk mengajar mata kuliah Sistem Informasi Manajemen.
2. Bapak Drs. Chrisna Suhendi, MBA selaku Dosen MTS Fakultas Teknik Unissula Semarang yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk mengajar Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen.
3. Bapak Suparjo, ST selaku Asisten Koordinator Kabupaten Blora yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu penyusunan dan penyelesaian makalah tersebut.
4. Bapak Tri Yudianto, A.Md selaku Senior Fasilitator Tim 3 (tiga) Kabupaten Blora yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu penyusunan dan penyelesaian makalah tersebut.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang secara langsung ataupun tidak langsung telah memberikan dorongan, semangat serta bantuan hingga tersusunnya Makalah Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Makalah Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen ini masih jauh lebih sempurna, oleh karena itu saran dan kritik akan diterima sebagai upaya perbaikan. Semoga Makalah Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem informasi Manajemen ini akan dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua.Amin
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Semarang, Juli 2011
Penulis



















DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II STUDI PUSTAKA
BAB III RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
BAB IV GAMBARAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI
BAB V PENUTUP
















BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Era globalisasi yang ditandai dengan adanya kemitraan sinergis antara berbagai pihak baik dari pihak pemerintah, pihak swasta, pihak steakholder dan sebagainya mengharuskan sektor gerakan moral masyarakat desa/kelurahan dampingan penulis Kabupaten Blora pada khusus harus segera melaksanakan perubahan sikap dilakukan melalui penyadaran kritis di seluruh siklus PNPM-MP terutama organisasi Badan Keswadayaan Masyarakat di desa/kelurahan dampingan Kabupaten Blora pada khususnya yang merupakan para pelaku PNPM-Mandiri Perkotaan. Setelah terbentuk lembaga kepemimpinan (BKM) kemudian penyusunan program yaitu Perencanaan Jangka Menengah 3 (tiga) tahunan dan Rencana Tahunan Program Penanggulangan Kemiskinan (Renta Pronangkis) sebagai gerakan Pro poor (pro dengan warga miskin dan warga KK miskin) dan Good Government (pemerintahan yang baik) untuk melaksanakan kegiatan TRIDAYA, antara lain : Daya Pembangunan Sosial, Daya Pembangunan Infrastruktur dan Daya Pembangunan Ekonomi guna penanggulangan kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan (Sustainable Development) di tingkat desa/kelurahan dampingan penulis Kabupaten Blora. Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora mengunakan jaringan internet (Telkomsel-flexy) hingga tingkat pusat (Konsultan Manajemen Pusat atau KMP) menggunakan jaringan internet (Telkomsel Speedy) untuk meng-upload data dan informasi sebelum dan setelah pelaksanaan kegiatan siklus PNPM-Mandiri Perkotaan. Sistem Informasi Manajemen saat ini merupakan sumber daya utama, yang mempunyai nilai strategis dan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai daya saing serta kompetensi utama sebuah organisasi dalam menyongsong era Informasi ini.
Setiap para pelaku PNPM-Mandiri Perkotaan di desa/kelurahan dampingan penulis Kabupaten Blora pada khususnya selalu mengaku akan memberikan pelayanan yang profesional dan terbaik kepada semua warga miskin dan warga KK miskin agar mereka tertarik untuk menggunakan jasa kegiatan TRIDAYA PNPM-Mandiri Perkotaan terutama pada Badan Keswadayaan Masyarakat di desa/kelurahan dampingan penulis pada khususnya. Mereka selalu mengandalkan bahwa para pelaku PNPM-Mandiri Perkotaan di desa/kelurahan dampingan penulis mempunyai Organisasi Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) di desa/kelurahan, antara lain misal jumlah Anggota BKM sejumlah 11 orang terdiri dari Koordinator BKM, 10 Anggota BKM, Sekretaris BKM dan Tenaga-Tenaga Professional seperti Unit Pengelola Sosial (UPS), Unit Pengelola Lingkungan/Infrastruktur (UPL) dan Unit Pengelola Keuangan (UPK) dan wadah perjuangan kaum miskin dalam menyuarakan aspirasi dan kebutuhan mereka sekaligus menjadi motor bagi upaya penanggulangan kemiskinan yang dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan mulai dari proses penentuan kebutuhan, pengambilan keputusan, proses penyusunan program, pelaksanaan program hingga pemanfaatan dan pemeliharan serta tiap BKM bermasyarakat melakukan proses perencanaan partisipatif dengan menggunakan metode SWOT Analysis dan Strategic Planning dan menyusun Perencanaan Jangka Menengah dan Rencana Tahunan Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM dan Renta Pronangkis) sebagai prakarsa masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di wilayahnya secara mandiri. Atas fasilitas pemerintah dan prakarsa masyarakat, BKM-BKM ini mulai menjalin kemitraan dengan berbagai instansi pemerintah (misal BPMD kabupaten Blora untuk rehab rumah warga KK miskin, Pemda Kabupaten Blora untuk pinjaman bergulir bagi warga KK miskin yang mempunyai usaha menengah) dan kelompok peduli setempat.
Semua ungkapan diatas benar adanya, tetapi bagaimana dengan sistem pelayanan pelaksanaan kegiatan PNPM-MP melalui kegiatan TRIDAYA (kegiatan sosial, kegiatan infrastruktur dan kegiatan ekonomi) yang dilakukan oleh para pelaku PNPM-Mandiri Perkotaan terutama BKM di wilayah desa/kelurahan dampingan penulis Kabupaten Blora pada khususnya tersebut ? masih terjadi warga KK miskin yang belum mendapatkan bantuan langsung pada pelaksanaan kegiatan PNPM-MP di wilayah desa/kelurahan dampingan penulis karena warga KK miskin pada waktu pendataan ada yang belum ke data di data KK miskin (Buku Saku Pemetaan Swadaya (PS) 2 dipelaporan PJM Pronangkis 3 (tiga) tahunan) pada waktu pelaksanaan kegiatan siklus PNPM-Mandiri Perkotaan yaitu Siklus Pemetaan Swadya serta untuk mengevaluasi dan mengevaluasi perkembangan pelaksanaan kegiatan BKM di wilayah desa/kelurahan dampingan penulis pada kegiatan PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora pada khususnya apakah sudah termasuk kategori BKM Berdaya, BKM Mandiri maupun BKM Madani?
Dengan tersedianya jaringan internet yang fasilitas service providernya mulai menjangkau ke seluruh pelosok, maka komunikasi data dalam SIM akan dapat berjalan secara on-line sehingga data atau informasi yang disajikan oleh SIM akan selalu up to date. Sehingga pelaku-pelaku PNPM-Mandiri Perkotaan, termasuk BKM dan masyarakat, diharapkan dapat melaksanakan SIM berbasis komputer secara tepat dan mudah.
Di Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat terutama para pelaku PNPM-Mandiri Perkotaan tingkat desa/kelurahan dampingan penulis Kabupaten Blora pada khususnya hingga ke tingkat pusat sangat membutuhkan Sistem Informasi Manajemen untuk upaya penenggulangan kemiskinan yang dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan mulai dari proses penentuan, pengambilan keputusan, proses penyusunan program, pelaksanaan program hingga pemanfaatan dan pemeliharaan serta berkemitraaan dengan berbagai pihak baik dari pihak Pemerintah, Swasta, Steakholder dan sebagainya. Pelaksanaan kegiatan PNPM-Mandiri Perkotaan di wilayah desa/kelurahan dampingan penulis merupakan lokasi baru mendapatkan program PNPM-Mandiri Perkotaan pertama kali mulai tahun 2007 diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pencapaian sasaran Millenium Development Goals (MDGs) sehingga nantinya akan tercapai pengurangan penduduk miskin sebesar 50% di tahun 2015.
Sistem Informasi Manajemen merupakan prosedur pemrosesan data berdasarkan teknologi informasi dan diintegrasikan dengan prosedur manual dan prosedur yang lain untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif untuk pengelolaan data dan mendukung proses pengambilan keputusan manajemen serta untuk pelayanan data dan informasi. Untuk lebih memahami hal tersebut, penulis mengkaji Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan secara umum, khususnya Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora yang merupakan bagian dari sistem informasi.
1.2 Tujuan Sistem Informasi Manajemen Pelaksanaan Kegiatan PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora
Tujuan Sistem Informasi Manajemen Pelaksanaan Kegiatan PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora sebagai berikut :
a.SIM PNPM-MP dapat mewujudkan masyarakat Berdaya dan Mandiri, yang mampu mengatasi berbagai persoalan kemiskinan di wilayahnya, sejalan dengan kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).
b.SIM PNPM-MP dapat menjadikan Pemerintah Daerah semakin memahami dan menerapkan model pembangunan partisipatif yang berbasis kelembagaan masyarakat serta pendekatan kemitraan masyarakat dengan pemerintah dan kelompok peduli setempat.
c.SIM PNPM-MP dapat menjadikan capaian manfaat program kepada Kelompok sasaran (masyarakat miskin) semakin efektif. (peningkatan IPM-MDGs).
d.SIM PNPM-MP dapat mewujudkan harmonisasi dan sinergi berbagai program pemberdayaan masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan (sesuai kebijakan PNPM).
e.Sistem Informasi Maanajemen PNPM-Mandiri Perkotaan akam mengakomodasi data tersebut untuk dapat selalu memonitor keterlibatan penduduk asli wilayah desa/kelurahan dampingan penulis dalam pelaksanaan kegiatan PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora pada khususnya.
f.SIM PNPM-MP dapat mendorong agar mekanisme monitoring pelaksanaan kegiatan PNPM-Mandiri Perkotaan oleh para pelaku (KMP, KMW, Fasilitator Desa/Kelurahan, BKM dan lain-lain) dapat terlaksana dengan baik, sesuai ketentuan pedoman PNPM-MP dan efektif serta tepat waktu, sehingga dapat digunakan sebagai dasar bagi pengambilan keputusan pihak steakholder proyek sesuai tingkatannya untuk meningkatkan kinerja pelaksana kegiatan.
g.SIM PNPM-MP sebagai salah satu sarana penyebarluasan pelaksanaan kegiatan PNPM-Mandiri Perkotaan baik kepada steakholder PNPM-MP maupun pihak-pihak terkait lainnya sebagai wujud transparansi dan akuntabilitas.
h.SIM PNPM-MP dapat terbentuk database kegiatan PNPM-Mandiri Perkotaan yang lengkap dan terkini (up to date) untuk menganalisis pelaksanaan kegiatan PNPM-Mandiri Perkotaan dan pembuatan laporan tepat waktu.

Pada akhir pelaksanaan Program PNPM-Mandiri Perkotaan ini diharapkan tercapai kondisi sebagai berikut:
a.Terbangunnya kelembagaan masyarakat (BKM) yang aspiratif, representatif, dan akuntabel untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi dan kemandirian masyarakat
b.Tersedianya (PJM Pronangkis) berbasis peningkatan kinerja IPM-MDGs yang disusun masyarakat sebagai wadah sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat setempat
c.Meningkatnya akses dan pelayanan kebutuhan dasar bagi warga miskin perkotaan menuju capaian sasaran peningkatan IPM-MDGs.
1.3 Manfaat Sistem Informasi Manajemen Pelaksanaan Kegiatan PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora
Manfaat Sistem Informasi Manajemen Pelaksanaan Kegiatan PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora sebagai berikut :
Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora dapat menjamin kelancaran dan keakuratan entry sejak dari tingkat kelurahan/desa dampingan penulis Kabupaten Blora pada khususnya hingga tingkat pusat (Konsultan Manajemen Pusat, DPU Pusat).
Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora dapat mencatat semua kemajuan program pemberdayaan masyarakat, penanggulangan kemiskinan, kemitraan dengan berbagai pihak (pihak Pemerintah, swasta, steakholder dan sebaginya) di lapangan (Tingkat Kelurahan/Desa dampingan penulis).
Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora dapat menumbuhkan iklim yang mendukung untuk upaya pemberdayaan masyarakat, khususnya warga masyarakat miskin dan KK miskin.
Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora dapat melaporkan kemajuan pelaksanaan kegiatan program penyempurnaan pedoman pelaksanaannya yang lebih fokus pada upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan percepatan pencapaian target sasaran Millenium Development Goals (MDGs) kepada KMW dan KMP melalui Koordinator Kota/Kabupaten Kabupaten Blora.
Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora dapat menjadi media informasi mendorong “pelembagaan” mekanisme yang menjamin terwujudnya komunikasi, koordinasi dan keterpaduan antara Pemerintah dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.
Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora dapat menjadi media informasi transparansi dan akuntanbilitas dalam pelaksanaan PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora pada khususnya pada dasarnya dapat diterapkan dengan membuka akses atau membutuhkan informasi-informasi mengenai PNPM-Mandiri Perkotaan, konsep kebijakan, pengambilan keputusan, perkembangan kegiatan dan keuangan, serta informasi-informasi lainnya dari para pelaku PNPM-Mandiri Perkotaan baik di tingkat proyek, daerah dan masyarakat desa/kelurahan dampingan penulis.
Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora dapat memonitoring terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan PNPM-Mandiri Perkotaan di tingkat Kelurahan/Desa dampingan penulis hingga tingkat Pusat.
Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora dapat melakukan penanganan dan pengaduan dari pihak manapun yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan PNPM-Mandiri Perkotaan di tingkat kelurahan/desa dampingan penulis hingga tingkat pusat.
Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora dapat melakukan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan kegiatan PNPM-Mandiri Perkotaan di tingkat kelurahan/desa dampingan penulis hingga tingkat pusat.
Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora dapat melakukan audit untuk semua pelaku PNPM-Mandiri di tingkat kelurahan/desa dampingan penulis.

Sasaran Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora
Sasaran pelaksanaan SIM PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten adalah untuk mendapatkan informasi proses pelaksanaan serta kemajuan kegiatan PNPM-Mandiri Perkotaan, yang berkaitan dengan :
1. Pelaksanaan pengembangan masyarakat tingkat desa/kelurahan dampingan.
2. Pelaksanaan pemanfaatan dana bantuan masyarakat desa/kelurahan dampingan.
3. Permasalahan yang timbul di lapangan (masyarakat desa/kelurahan dampingan).











BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Sistem Informasi Manejemen PNPM-Mandiri Perkotaan
Sistem informasi Manajemen (SIM) PNPM-Mandiri Perkotaan merupakan salah satu alat yang sangat strategis untuk monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan proyek. SIM juga diharapkan mampu menyajikan informasi yang akurat sebagai dasar bagi pengambilan kebijakan dan keputusan stakeholders PNPM-MP dalam rangka perbaikan atau tindakan korektif secara cepat dan peningkatan kinerja proyek.
Agar SIM dapat berdaya guna perlu adanya dukungan manajemen pelaksanaan pengoperasian SIM, sumber daya manusia yang memadai, tersedianya aplikasi dan infrastruktur yang dibutuhkan selama pengoperasian SIM.
Dengan tersedianya jaringan internet yang fasiltas providernya mulai menjangkau keseluruh pelosok, maka komunikasi data dalam SIM akan dapat berjalan secara on-line sehingga data atau informasi yang disajikan oleh SIM akan selalu up to date. Sehingga pelaku-pelaku PNPM-Mandiri Perkotaan, termasuk BKM dan masyarakat, diharapkan dapat melaksanakan SIM berbasis komputer secara tepat dan mudah.

2.2 Pengorganisasian Pelaksanaan PNPM-Mandiri Perkotaan
Proyek PNPM-Mandiri Perkotaan merupakan proyek pemerintah yang secara substansi berupaya memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat dibangun “gerakan bersama” dalam menanggulangi kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan di wilayah bersangkutan pada khususnya Kabupaten Blora. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka dituntut adanya pembagian peran yang jelas antar pelaku PNPM-Mandiri Perkotaan, baik yang langsung tergabung dalam organisasi proyek maupun pihak-pihak yang terlibat, seperti pemerintah daerah, para pemeduli, kelompok-kelompok masyarakat dan lain-lain dari tingkat pusat samapai dengan tingkat komunitas. Kejelasan tata peran dari pelaku-pelaku PNPM-Mandiri Perkotaan tersebut sangat penting dalam upaya mambangun hubungan kerja yang integral dalam komplementer agar tercapai misi utama PNPM-Mandiri Perkotaan yakini memberdayaan masyarakat dalam menanggulangi masalah kemiskinan, yang didukung oleh pemerintah daerah serta kelompok peduli setempat.
Pengorganisasian pelaksanaan PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora sampai di tingkat pusat dapat memberikan informasi mengenai kegiatan pelaksanaan PNPM-Mandiri Perkotan dengan Sistem Informasi Manajemen PNPM-MP melalui email dan website, antara lain :
1. Kegiatan Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan, yaitu :
a. Sosialisasi Awal
b. Rembug Kesiapan Masyarakat
c. Refleksi Kemiskinan
d. Pemetaan Swadaya
e. Pengorganisasian Masyarakat melalui Pembentukan BKM
f. Perencanaan Partisipatif
g. Pengorganisasian Kelompok melalui Pembentukan KSM-KSM
Sebenarnya tahapan-tahapan siklus PNPM-Mandiri Perkotaan pada umumnya disusun untuk 3 (tiga) tahun kalender yang berulang lagi pada tahun ke 4 (empat) dengan siklus tahun pertama. Pada desa/kelurahan wilayah dampingan penulis merupakan pelaksanakan tahapan siklus tahun ke 4 (empat) yaitu melaksanakan tahapan siklus seperti tahapan siklus tahun pertama jadi ada pengorganisasian masyarakat melalui pembentukan ulang BKM, AD/ART harus dibuat baru dihadapan Notaris Elizabeth Estiningsih, SH (dulu misal BKM desa Ngampel ini diaktanotariskan pada tanggal 5 Desember tahun 2007 dengan nomor Akta 1104/L/XII/2007. Selanjutnya BKM memfasilitasi Rembug Penyepakatan dan Penetapan Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis) untuk masa berlaku 3 tahun dan Rencana Tahunan Program Penanggulangan Kemiskinan (Renta Pronangkis) untuk jangka waktu satu tahunan. Adapun PJM Pronangkis disepakati pada tanggal 30 bulan Nopember tahun 2007) untuk syarat penerimaan dana BLM dari APBN, APBD maupun program kemitraan, program paket, program ND dan lain-lainnya yang berkelanjutan. Selain itu juga BKM harus sudah melaksanakan Audit Independent oleh Tenaga Audit Independent dari Universitas Muria Kudus tahun 2010 dan Universitas sebelas Maret tahun 2011 yang difokuskan pada audit pembukuan dan keuangan BKM oleh Sekretaris BKM dan pembukuan keuangan Pinjaman Perguliran untuk warga miskin atau warga KK miskin oleh Unit Pengelola Keuangan (UPK), BKM sudah melaksanakan tinjauan partisipatif dilaksanakan untuk mereview kegiatan-kegiatan BKM terdiri dari tinjauan partisipatif kelembagaan, tinjauan partispatif program dam tinjauan partisipatif keuangan, serta BKM sudah melaksanakan Rembug Warga Tahunan (RWT) dilakukan sebagai pertanggungjawaban tahunan kepimpinan BKM dan pengesahan Rencana Tahunan (Renta) tahun berikutnya. Wilayah desa/kelurahan dampingan penulis ada 10 desa/kelurahan, antara lain : Desa Tempurejo, Desa Tambaksari, Desa Purwosari, Desa Ngadipurwo, Desa Tempuran, Desa Plantungan, Desa Sendangharjo, Desa Ngampel, Desa Patalan dan Kelurahan Karangjati.
Gambaran umum untuk mengenai peran dan hubungan kerja antar pelaku-pelaku PNPM-Mandiri Perkotaan sebagai penjabaran penjelasan dari Buku Pedoman PNPM-Mandiri perkotaan Bab V tentang Manjemen Proyek. Dapat dilhat pada gambar 2.1 Struktur Organisasi Pengelolaan PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora Sampai Dengan Tingkat Pusat.

FLOW CHART (gambar 2.1 blm ke upload) soale ndak isa ke copy langsung?????

2.2 Strategi Kegiatan Sosialisasi PNPM-Mandiri Perkotaan
Strategi kegiatan sosialisasi PNPM-Mandiri Perkotaan ini akan dilakukan dengan menempuh dua jalur secara terpadu, yaitu melalui jalur periklanan dan melalui jalur kehumasan.
Strategi dua jalaur ini akan difokuskan pada tiga tahapan, yaitu :
1. Tahapan persiapan dilakukan beberapa kegiatan yang prinsipnya berupaya mengembangkan wacana diskusi penanggulangan kemiskinan, setidaknya menyiapkan kondisi kognitif (conditional) pada stakeholder PNPM-MP, sehingga pada saat peluncuran sudah ada kesiapan kognitif yang memadai.
Kegiatan yang dilaksanakan pada saat persiapan ini adalah :
a.Penawaran berita (news pitching) ke pihak media massa
b. Press Release (sebaran berita) dengan tema : Aksi Pemerintah dalam penangan kemiskinan terpadu (grand concept PNPM-Mandiri Perkotaan)
2. Tahapan Peluncuran
Pada tahap peluncuran dilakukan beberapa kegiatan yang prinsipnya berupaya menarik perhatian seluruh masyarakat mengenai adanya kegiatan PNPM-MP untuk mengatasi persoalan kemiskinan secara terpadu, yang dimotori oleh Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah beserta Bank Dunia.
Hasil yang diharapkan pada tahap peluncuran ini adalah :
a. Terbangunnya perhatian dan kepedulian semua pihak dari lapisan masyarakat akan pentingnya penanggulangan kemiskinan terpadu.
b. Dikenalnya tanda-tanda (signage) dan ikon PNPM-MP serta motto : “Bersama Membangun Kemandirian”
Inisiasi dan internalisasi kepedulian kontrol sosial terhadap PNPM-Mandiri Perkotaan, sehingga mendorong terbentuknya “iklim anti-korupsi” dalam pelaksanaan proyek PNPM-MP.
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap peluncuran adalah :
a. Konferensi Pers di tingkat pusat, bisa dipilih di Jakarta atau di suatu kota memiliki masalah kemiskinan yang relevan dengan kepentingan nilai berita.
b. Sebaran berita mengenai peluncuran/launching PNPM-Mandiri Perkotaan
Sebaran ikon, poster, booklet, komik dan lain-lainnya tentang “Membangun Kemandirian serta Kontrol Sosial”.
3. Tahapan Implementasi
Pada tahap implementasi kegiatan sosialisasi disesuaikan dengan pelaksanaan dua komponen PNPM-Mandiri Perkotaan, yaitu :
a. Pengembangan Masyarakat
b. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)
Kegiatan sosialisasi harus berfungsi penuh dalam penyebarluasan informasi mengenai kegiatan yang tercakup dalam kedua komponen tersebut, serta juga terus menanamkan konsep pengawasan (monitoring) dari masyarakat kepada seluruh pelaku yang terlibat langsung dalam proyek, seperti pemerintah daerah, konsultan pelaksana proyek serta masyarakat yang menerima bantuan langsung dari proyek. Selain itu sosialisasi juga harus menanamkan prinsip-prinsip menjamin keberlanjutan dari program penanggulangan kemiskinan secara mandiri, sehingga setelah masa proyek berakhir, program di tingkat masyarakat dan pemerintah daerah dapat berjalan terus berlanjut.

2.3 Teknik-teknik Sosialisasi
Dengan menempuh dua jalur, yaitu Periklanan dan Kehumasan, maka berikut jabarkan secara ringkas teknik-teknik yang harus dalam pelaksanaan sosialisasi PNPM-Mandiri Perkotaan melalui dua jalur tersebut di atas, yaitu sebagai berikut :
1. Periklanan
a. Iklan Layanan Masyarakat
Iklan layanan masyarakat akan dibuat dan ditayangkan untuk membangun perhatian (awareness) mengenai prinsip, nilai serta konsep dari PNPM-Mandiri Perkotaan. Untuk mendukung keseluruhan proses yang terjadi pada PNPM-MP, maka dibuat 3 (tiga) tema, antara lain : “ Menanggulagi Kemiskinan Secara Mandiri”, “Bahu Membahu Menanggulangi Kemiskinan”, Menggalang Jaringan Institusi Masyarakat dan Pemerintah Yang Produktif”. Yang masing-masing tema dapat disampaikan melalui 3 (tiga) versi cerita dan ditayangkan melalui radio local, televise dan Koran nasional. Setiap tema diluncurkan sejalan dengan kondisi di lapangan, sehingga akan lebih mendukung proses pemahan masyarakat penerima bantuan serta kelompok proses pemahaman masyarakat penerima bantuan serta kelompok strategis yang akan mendukung suksesnya PNPM-Mandiri Perkotaan. Ditingkat Desa/Kelurahan, Penulis juga dapat memanfaatkan iklan ini sebagai alat bantu memberikan penjelasan ke masyarakat, sehingga masyarakat juga ikut menyadari bahwa yang mereka lakukan sebetulnya merupakan bagian dari kegiatan nasional untuk menanggulangi kemiskinan secara mandiri.
Pelaksana kegiatan Iklan Layanan Masyarakat adalah Konsultan Sosialisasi Pusat, KMP maupun KMW yang pada pelaksanaannya sebaliknya melakukan subkontrak ke pihak ketiga yang berkompeten dalam pembuatan materi iklan layanan masyarakat dan atau biro iklan serta pihak media massa di tingkat nasional atau lokal.
b. Radio Adlips
Radio adlips (pembacaan suatu naskah sebagai selingan acara) cukup efektif untuk menyampaikan suatu pesan khusus kepada masyarakat penerima bantuan. Tujuan adlips ini adalah agar setiap saat dapat menyampaikan pesan tertentu sehingga secara transparan diketahui oleh seluruh masyarakat. Pesan-pesab adlips ini ada yang merupakan pesan nasional (deprogram kan dari pusat) dan ada pula yang bersifat sangat lokal, seperti membantu kelompok masyarakat agar dapat mendukung kelancaran PNPM-Mandiri Perkotaan. Radio adlips ini dapat menjadi saluran komunikasinya para fasilitator desa/kelurahan (penulis) sehingga lebih cepat dapat menjangkau banyak orang di suatu wilayah tertentu. Pelaksana kegiatan radio adlips ini lebih banyak berada di konsultan sosialisasi, KMP, KMW bekerja sama dengan Tim fasilitator serta kader masyarakat sebagai pemberi masukan mengenai materi yang sesuai dengan jadwal kerja di setiap daerah. KMP harus mengawasi jadwal penanyangan dan kesesuaian konsep pesan yang disampaikan dengan jadwal nasional.
2. Kehumasan dan Materi Cetakan
Pada proyek PNPM-Mandiri Perkotaan, salah tanggung sosialisasi adalah termasuk menyebarluaskan berbagai informasi yang menunjang proses-proses yang diharapkan terjadi dalam PNPM-Mandiri Perkotaan, seperti antara lain proses demokrasi, partisipasi, transparansi dan sebagainya, yanag dialkukan melalui jalur kehumasan yang mencakup di dalamnya kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Lokakarya Orientasi
2. Penawaran Berita
3. Konferensi Pers
4. Press Release (Sebaran Berita)
5. Medsia Monitoring
6. Sarasehan Kelompok Strategis
7. Event
8. Talkshow Radio (Live Local dan Pre-Recorded secara Nasional)
9. Website dan Content Management
10.Focussed Group Discussion
11.Silahturahmi Warga
12.Lokakarya Penggunaan Internet
13.Kunjungan Jurnalis ke Daerah Proyek

BAB III
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
3.1 Strategi Pengembangan SIM
Strategi dan rencana pengembangan sistem informasi manajemen adalah untuk mendukung pengendalian pelaksanaan PNPM-Mandiri Perkotaan, yang pada implementasinya akan merupakan alat strategis untuk memonitor pelaksanaan kegiatan PNPM-Mandiri Perkotaan.
Pengembangan sistem informasi PNPM-Mandiri Perkotaan dan pengendalian pengelolaan SIM PNPM-Mandiri Perkotaan merupakan tanggungjawab Konsultan Manajemen Pusat (KMP) sebagai salah satu bagian dari tugas pokoknya yakni monitoring.
Berdasarkan tahapan kegiatan pelaksanaan proyek PNPM-Mandiri Perkotaan pengembangan SIM PNPM-Mandiri Perkotaan dapat dikelompokkan ke dalam lima subsystem sebagai berikut :
 Monitoring pemberdayaan masyarakat (Kegiatan Pelaksanaan Tahapan Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan, Tinjauan Partisipatif (TP Kelembagaan, TP Program dan TP Keuangan BKM), Audit Independent, Rembug Warga Tahunan (RWT), Penyusunan Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis) 3 Tahunan untuk mendapatkan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang berkelanjutan.
 Pelaksanaan kegiatan komponen dana BLM (kegiatan TRIDAYA, yaitu : Kegiatan Sosial, Kegiatan Ekonomi dan Kegiatan Infrastruktur)
 Pengelolaan pengaduan masyarakat (dilakukan sebelum dan sesudah kegiatan pelaksanaan tahapan siklus PNPM-Mandiri Perkotaan) (Gambar 3.1)
 Monitoring pengelolaan keuangan PNPM-Mandiri Perkotaan/Replenishment (di BKM desa/kelurahan wilayah dampingan penulis) (Gambar 3.2)
 Sistem Peringatan dini (alert system) (Berbagai Kegiatan Rencana dan Realitas PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora pada khususnya) (Gambar 3.3)

Diagram 3.1 Disain SIM PNPM-MANDIRI PERKOTAAN : DATABASE PENGELOLAAN PENGADUAN MASYARAKAT (PPM) (gambar ndak isa di copy lsg)

Diagram 3.2 Proses Pengolahan Data Laporan Keuangan PNPM-Mandiri Perkotaan & Replenishment (gambar ndak isa di copy lsg)

Diagram 3.3 Sistem Peringatan Dini (Alert System) (gambar ndak isa di copy lsg)

BAB IV
GAMBARAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI

4.1 Prinsip Pengelolaan Data dan Pengelolaan Informasi PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora
Prinsip Pengelolaan Data dan Pengelolaan Informasi didalam implementasi sistim informasi manajemen dilaksanakan secara bertingkat disetiap level pelaku/konsultan, agar dapat memenuhi kebutuhan sesuai tingkatannya dalam pembuatan laporan dan pengambilan keputusan. Dengan demikian pada tingkat yang terbawah (tingkat desa/kelurahan wilayah dampingan penulis) akan memiliki data yang rinci sedang tingkat yang teratas (Koordinator Kabupaten Blora ke KMW) dapat memiliki informasi yang akurat untuk dilaporkan kepada para pelaku ditingkat pusat (KMP) (Diagram Hubungan Pengelolaan Data dan Pengambilan Keputusan (gambar 4.1)).
Data pengembangan kelembagaan BKM, UPK dan KSM, Organisasi Masyarakat (Ormas), Organisasi Sosial Politik (Orsospol), aparat pemerintah, individu pelaku utama PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora pada khususnya atau sumber-sumber lainnya. Sumber data ini dihimpun secara rutin oleh tim fasilitator desa/kelurahan wilayah dampingan penulis atas dasar perkembangan yang terjadi pada lingkup BKM guna peremajaan/up date data.
Data dari tim fasilitator desa/kelurahan wilayah dampingan penulis direkam di Subtim Leader Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) dan diverifikasi kebenaran data, antara lain :
 Pelaksanaan dan Monitoring Pemberdayaan masyarakat (Kegiatan Pelaksanaan Tahapan Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan, Tinjauan Partisipatif (TP Kelembagaan, TP Program dan TP Keuangan BKM), Audit Independent, Rembug Warga Tahunan (RWT), Penyusunan Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis) 3 Tahunan untuk mendapatkan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang berkelanjutan.
 Pelaksanaan kegiatan komponen dana BLM (kegiatan TRIDAYA, yaitu : Kegiatan Sosial, Kegiatan Ekonomi dan Kegiatan Infrastruktur)
 Pengelolaan pengaduan masyarakat (dilakukan sebelum dan sesudah kegiatan pelaksanaan tahapan siklus PNPM-Mandiri Perkotaan) (Gambar 3.1)
 Monitoring pengelolaan keuangan PNPM-Mandiri Perkotaan/Replenishment (di BKM desa/kelurahan wilayah dampingan penulis) (Gambar 3.2)
 Sistem Peringatan dini (alert system) (Berbagai Kegiatan Rencana dan Realitas PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora pada khususnya) (Gambar 3.3)
setelah lengkap dan benar data diserahkan ke KMW untuk diolah ditingkat KMW dan informasi ringkasan dilaporkan ke Konsultan Manajemen Pusat (KMP) dan seterusnya, hingga merupakan informasi akurat untuk diserahkan ke PMU/Proyek sebagai bahan pengambilan keputusan para pelaku di tingkat pusat, serta untuk pelayanan data dan informasi kepada masyarakat.(Mekanisme Pengumpulan dan Pengelohan Data (Gambar 4.2)).

















Diagram 4.1 Hubungan Pengelolaan Data dan Pengambilan Keputusan
PENGOLAHAN DATA TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN (gbr ndak isa di copy lsg)

Diagram 4.2 Mekanisme Pengumpulan dan Pengolahan Data (gambar ndak isa di copy lsg)

Atas dasar perkembangan yang terjadi pada lingkup BKM, maka untuk peremajaan (update) data, fasilitator melakukan pengumpulan data.
Oleh fasilitator data dialihkan ke dalam format yang sudah disediakan sesuai aturan yang ada dalam manual kemudian dientri ke dalam computer lalu format-format data-data manual tersebut diserahkan kepada subtim leader.

Setelah direkam ke dalam computer, Subtim leader melakukan verifikasi kesesuaian data dari setiap faskel melalui data yang masuk ke komputer.
a. Data yang tidak valid wajib diperbaiki oleh faskel
b. Data yang valid direkam kedalam komputer sebagai data SIM.


SIM KMW melakukan penggabungan data laporan perkembangan BKM, KSM dan masyarakat untuk dibuat laporan rekapitulasi, analisis data dan hasilnya diserahkan kepada RM.

Informasi yang diterima dari KMW diintegrasikan oleh RM, dikompilasi, diserahkan kepada KMP, dikompilasi dan informasinya didistribusikan kepada para pelaku di tingkat pusat.

Pemanfaatan informasi yang berbasis SIM untuk mendukung pengembalian keputusan, serta untuk pelayanan data dan informasi


BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora dapat menjamin kelancaran dan keakuratan entry sejak dari tingkat kelurahan/desa dampingan penulis Kabupaten Blora pada khususnya hingga tingkat pusat (Konsultan Manajemen Pusat, DPU Pusat).
Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora dapat mencatat semua kemajuan program pemberdayaan masyarakat, penanggulangan kemiskinan, kemitraan dengan berbagai pihak (pihak Pemerintah, swasta, steakholder dan sebaginya) di lapangan (Tingkat Kelurahan/Desa dampingan penulis).
Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora dapat melaporkan kemajuan pelaksanaan kegiatan program penyempurnaan pedoman pelaksanaannya yang lebih focus pada upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusi (IPM) dan percepatan pencapaian target sasaran Millenium Development Goals (MDGs) kepada KMW dan KMP melalui Koordinator Kota/Kabupaten Kabupaten Blora.
Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora dapat menumbuhkan iklim yang mendukung untuk upaya pemberdayaan masyarakat, khususnya warga masyarakat miskin dan KK miskin.
Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora dapat menjadi media informasi mendorong “pelembagaan” mekanisme yang menjamin terwujudnya komunikasi, koordinasi dan keterpaduan antara Pemerintah dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.
Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora dapat menjadi media informasi transparansi dan akuntanbilitas dalam pelaksanaan PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora pada khususnya pada dasarnya dapat diterapkan dengan membuka akses atau membutuhkan informasi-informasi mengenai PNPM-Mandiri Perkotaan, konsep kebijakan, pengambilan keputusan, perkembangan kegiatan dan keuangan, serta informasi-informasi lainnya dari para pelaku PNPM-Mandiri Perkotaan baik di tingkat proyek, daerah dan masyarakat desa/kelurahan dampingan penulis.
Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora dapat memonitoring terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan PNPM-Mandiri Perkotaan di tingkat Kelurahan/Desa dampingan penulis hingga tingkat Pusat.
Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora dapat melakukan penanganan dan pengaduan dari pihak manapun yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan PNPM-Mandiri Perkotaan di tingkat kelurahan/desa dampingan penulis hingga tingkat pusat.
Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora dapat melakukan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan kegiatan PNPM-Mandiri Perkotaan di tingkat kelurahan/desa dampingan penulis hingga tingkat pusat.
Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora dapat melakukan audit untuk semua pelaku PNPM-Mandiri di tingkat kelurahan/desa dampingan penulis.
Dengan kemajuan perkembangan pelaksanaan kegiatan PNPM-Mandiri Perkotaan di Indonesia, baik dari aspek administratif atau teknologi, maka proses pelaksanaan kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) di Indonesia dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Untuk mengembangkan mutu peran dan tanggung jawab dari para pelaku PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora pada khususnya dibutuhkan beberapa fasilitas pendukung, dimana salah satu fasilitas pendukung tersebut adalah aplikasi teknologi informasi dalam bidang sistem informasi PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora pada khususnya.
5.2 SARAN
Untuk dapat memberikan kecepatan dan ketepatan kegiatan pelaksanaan PNPM Mandiri Kabupaten Blora pada khususnya dan pada umumnya suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat melalui Badan/Lembaga Kesawadayaan Masyarakat (BKM/LKM) pada masing-masing desa/kelurahan dampingan dan pemerintahan daerah dalam menanggulagi kemiskinan secara berkelanjutan mulai dari proses penentuan kebutuhan, pengambilan keputusan, proses penyusunan dan pelaksanaan program jangka menengah penanggulangan kemiskinan tiga tahun (PJM-Pronangkis 3 tahun) hingga pemanfaatan dan pemeliharaan serta berkemitraaan dengan berbagai pihak baik dari pihak Pemerintah, swasta, steakholder dan sebagainya terutama mulai tahun 2007 diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pencapaian sasaran Millenium Development Goals (MDGs) sehingga nantinya akan tercapai pengurangan penduduk miskin sebesar 50% di tahun 2015, sebaiknya para pelaku PNPM-Mandiri di tingkat desa/kelurahan hingga tingkat pusat memiliki sistem informasi manajemen yang baik sehingga pemanfaatan teknologi sistem informasi ini dapat diakses oleh semua orang secara mudah.
Dalam hal untuk meningkatkan kinerja dan daya saing, efisiensi pada para pelaku PNPM-Mandiri Perkotaan di tingkat desa/kelurahan dampingan kabupaten Blora pada khususnya hingga tingkat pusat menggunakan metode atau analisa SWOT (organisasi, manajemen dan SDM) pada pelaksanaan kegiatan PNPM-Mandiri Perkotaan sehingga mampu secara cepat dan tepat mengambil keputusan untuk peningkatan pelayanan penanggulangan kemiskinan kepada warga masyarakat miskin dan warga KK miskin agar dapat menjadi organisasi BKM/LKM yang responsif, inovatif, efektif, efisien dan menguntungkan.
Dalam hal peningkatan pelayanan kepada warga miskin dan warga KK miskin di wilayah desa/kelurahan dampingan penulis pada khususnya pada kegiatan pelaksanaan PNPM-Mandiri Perkotaan Kabupaten Blora, seharusnya BKM di wilayah desa/kelurahan dampingan penulis sekarang harus mempunyai Sistem Informasi Manajemen PNPM-Mandiri Perkotaan serta mengaplikasikan dan mengadopsi strategi manajemen.





DAFTAR PUSTAKA
Ganti Sumiyati Wahyuningsih, 2009, SIM Rumah Sakit, Magister ManajemenFakultas Ekonomi, Universitas Sultan Agung Semarang
Tim Persipan PNPM-Mandiri Perkotaan, Edisi Juli 1999, Pedoman Pelaksanaan PNPM-Mandiri Perkotaan, PNPM-Mandiri Perkotaan Pusat Jakarta
Tim Persiapan P2KP, Pedoman Teknis Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (PNPM-P2KP I Tahap II), P2KP Pusat Jakarta

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Informasi Manajemen
Dosen : Ir. H. Sumirin, MS
Disusun Oleh:
Sulistyaningsih
MTS.11.17.1.0376
Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil
Universitas Sultan Agung Semarang Tahun 2011